Manhaj Al-Quran dan Sunnah Adalah Manhaj Penghimpun
MANHAJ AL-QUR’AN DAN SUNNAH YANG SESUAI PEMAHAMAN SALAFUL UMMAH ADALAH MANHAJ PENGHIMPUN
Oleh
Syaikh Ali bin Hasan bin Abdul Hamid Al-Atsari
Saya memuji kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala atas kesempatan baik yang telah mengumpulkan kami dengan ikhwah fillah (saudara-saudara di jalan Allah) ini[1], dan sebuah ziarah (kunjungan) telah merekatkan hubungan antara kami dengan mereka, sekalipun kami dengan mereka dipisahkan oleh wilayah. Akan tetapi manhaj al-Kitab (al-Qur’an) dan Sunnah yang sesuai dengan pemahaman Salaful Ummah, adalah manhaj penghimpun ; menghimpun hati-hati dan akal-akal (manusia), sebelum menghimpun fisik-fisik anak manusia.
Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda.
لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
“Siapa yang tidak berterima kasih kepada orang, berarti tidak bersyukur kepada Allah“.
Jadi ini merupakan kesempatan yang didalamnya kami ingin menyampaikan rasa syukur (terima kasih) kepada saudara-saudara kami, para da’i yang mengajak (manusia) menuju al-Qur’an dan Sunnah, penyelenggara kegiatan mulia ini di negeri ini yang anda semua tahu betapa banyaknya tersebar bid’ah, merajalelanya khurafat dan bermacam-macam serta beraneka ragamnya golongan/kelompok (ahzab).
Maka da’i ilallah (penyeru manusia untuk kembali menuju Allah) yang berdasarkan bashirah, berdasarkan cahaya ilmu dan berdasarkan sinar pengetahuan (ilmu syar’i -pent) di tengah zaman dan negeri semacam ini, tampaknya ia termasuk orang-orang ghuraba’ (tidak umum/aneh) itu. Orang-orang yang memegang bara (ibarat bagi orang yang berpegang pada sunnah pada zaman seperti sekarang -pent), yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjanjikan orang-orang yang ikhlas di antara mereka sebagai orang-orang yang akan mendapatkan thuba (kebahagian).
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Kebahagianlah bagi Ghuraba’ (orang-orang yang tidak umum karena berpegang pada sunnah)”
Ini juga merupakan kesempatan untuk kita saling menguatkan satu sama lain, agar kita bersabar menghadapi bencana yang boleh jadi kita jumpai, atau ujian yang boleh jadi kita hadapi. Karena sesungguhnya seorang Muslim sejati adalah orang yang bersabar.
وَلَىِٕنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِّلصّٰبِرِيْنَ
“Jika kamu benar-benar bersabar, niscaya itu lebih baik bagi orang-orang yang bersabar“. [An-Nahl/16:126]
Ketahuilah wahai saudara-saudara fillah (satu jalan di jalan Allah), bahwa amal perbuatan yang paling dicintai oleh Allah adalah amal perbuatan yang paling terus menerus meskipun sedikit. Karena itu tetap mantaplah berada pada jalan sunnah sekalipun anda berjumlah sedikit. Dan bersemangatlah untuk mencari ilmu walaupun anda semua dihina. Semoga Allah meridhai Ibnu Mas’ud yang mengatakan.
“(Beramal) sedikit dalam sunnah lebih baik dari (beramal banyak) dalam bid’ah”
Dari situ pula kamipun katakan : Bahwa apabila kita berada dalam sunnah dengan jumlah sedikit, lebih baik daripada jika kita berada dalam bid’ah dengan jumlah banyak. Karena (sekedar) jumlah banyak tidak mempunyai nilai dalam timbangan. Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman.
وَقَلِيْلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ
“Dan sedikit diantara hamba-Ku yang bersyukur” [Saba’/34:13]
Kami memohon kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala agar memberikan anugrah kepada saudara kami semuanya, khususnya yang mulia Syaikh Abdur Rahman at-Tamimi beserta saudara-saudaranya dan sahabat-sahabat yang dicintainya, juga kepada setiap yang memberikan budi luhurnya, terbuka memberikan kebaikannya dan terbuka menerima kebenaran. Agar Allah memberikan anugerah kepada mereka menjadi pembela sunnah, menjadi penolong Ahlu Sunnah, menjadi pintu kebaikan sunnah dan menjadi jalan bagi tersebarnya sunnah.
Sesungguhnya ini semua, jika merupakan tanaman di dunia, maka kelak buah tanaman mereka yang masak akan ada di sisi Allah Tabaraka wa Ta’ala, pada hari ketika orang-orang masuk ke telaga Haudh-(nya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam), tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Menjauhlah-menjauhlah, enyahlah-enyahlah” Ketika itu para Malaikat berkata : “Wahai Rasulullah, mereka telah membuat perubahan-perubahan”.
Adalah sebelum itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda (kepada Malaikat) tentang umatnya : “Mereka adalah umatku, mereka adalah umatku” ketika para Malaikat mengusir mereka dan menjauhkannya (dari telaga Haudh).
Namun setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui bahwa mereka telah melakukan perubahan-perubahan dan penggantian-penggantian (terhadap agama -pent), maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Enyahlah … enyahlah, menjauhlah … menjauhlah..”[2]
Karena itu kami memohon kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala supaya kita menjadi orang-orang yang sabar dan menjaga diri, tidak melakukan perubahan (terhadap agama) dan tidak berubah, tidak melakukan penggantian (terhadap agama) dan dan tidak berganti. Tetapi menjadi orang-orang yang tetap komitmen terhadap kebenaran, tetap menyeru (orang) untuk berpegang kepada sunnah dan tetap berpegang teguh kepada al-Haq.
Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berada pada ke-Maha-tinggian-Nya dan berada diatas langit-Nya, agar Dia memantapkan kami dan anda semua untuk menempuh al-Haq (kebenaran), agar Dia memberikan petunjuk kepada setiap orang yang menyelisihi kebenaran dan agar Dia mematikan kita di dalam kebenaran. Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala adalah Yang Maha berwenang dan Maha Kuasa untuk melakukan itu semua.
Semoga Allah memberikan shalawat, salam serta barakah-Nya kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan sahabatnya semua.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun V/1421H/2001M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] (Tulisan) ini, diambil dari kata sambutan Syaikh Ali bin Hasan Al-Atsari, murid kepercayaan Syaikh Muhaddits Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah, dalam acara Ad-Daurah asy-Syariyah fi al-Masa’il al-‘Aqadiyah wa al-Manhajiyah, yang diselenggarakan di Ma’had Ali al-Irsyad Surabaya tanggal 15-18 Dzul Qa’dah 1421H, yang diprakarsai oleh Al-Ustadz Abdur Rahman at-Tamimi dan Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas dibantu oleh beberapa da’i salafi lainnya. Alhamdulillah acara daurah dihadiri dan dikuti oleh tidak kurang dari empat ratusan da’i salafi dan penuntut ilmu di Indonesia.
[2] Tambahan admin (dari islamqa)
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- mendatangi kuburan dan bersabda:
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ وَدِدْتُ أَنَّا قَدْ رَأَيْنَا إِخْوَانَنَا. قَالُوا : أَوَلَسْنَا إِخْوَانَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، قَالَ : أَنْتُمْ أَصْحَابِي ، وَإِخْوَانُنَا الَّذِينَ لَمْ يَأْتُوا بَعْدُ . فَقَالُوا : كَيْفَ تَعْرِفُ مَنْ لَمْ يَأْتِ بَعْدُ مِنْ أُمَّتِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ فَقَالَ : أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ رَجُلًا لَهُ خَيْلٌ غُرٌّ مُحَجَّلَةٌ بَيْنَ ظَهْرَيْ خَيْلٍ دُهْمٍ بُهْمٍ أَلَا يَعْرِفُ خَيْلَهُ ) قَالُوا : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ ، قَالَ : فَإِنَّهُمْ يَأْتُونَ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ الْوُضُوءِ وَأَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، أَلَا لَيُذَادَنَّ رِجَالٌ عَنْ حَوْضِي كَمَا يُذَادُ الْبَعِيرُ الضَّالُّ ؛ أُنَادِيهِمْ : أَلَا هَلُمَّ . فَيُقَالُ : إِنَّهُمْ قَدْ بَدَّلُوا بَعْدَكَ . فَأَقُولُ : سُحْقًا سُحْقًا
رواه مسلم، رقم 249
“Keselamatan bagi kalian tempat peristirahatan kaum mukminin, dan sesungguhnya kami –insya Allah- akan menyusul kalian, saya berharap bahwa kami sudah bisa melihat saudara-saudara kami”. Mereka (para sahabat) berkata: “Bukankah kami adalah saudara-saudaramu, wahai Rasulullah ?!, beliua menjawab: “Kalian adalah sahabat-sahabatku, saudara-saudara kami adalah mereka yang belum datang saat ini”. Mereka berkata: “Bagaimana anda mengetahui orang yang belum ada dari umat anda, wahai Rasulullah ?, beliau menjawab: “Tidakkah engkau melihat, jika seseorang memiliki kuda perang putih, dan di depannya ada kuda perang hitam pekat, tidakkah ia bisa membedakan kudanya ?!, mereka menjawab: “Ya, wahai Rasulullah”. Beliau bersabda: “Mereka akan datang dengan wajah putih bersinar karena efek dari air wudhu, dan saya menunggu mereka di telaga. Ketahuilah ada beberapa orang yang dihalau dari telagaku, sebagaimana terhalangnya unta yang sedang tersesat, aku memanggil mereka: Kesinilah, maka dikatakan: “Mereka telah merubah (agamamu) sepeninggalmu”. maka aku bersabda: “Celakalah, celakalah”. (HR. Muslim 249)
Dari ‘Aisyah berkata: Saya mendengar Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
إِنِّي عَلَى الْحَوْضِ أَنْتَظِرُ مَنْ يَرِدُهُ عَلَيَّ مِنْكُمْ ، فَلَيُقَطَّعَنَّ رِجَالٌ دُونِي ، فَلَأَقُولَنَّ : يَا رَبِّ أُمَّتِي أُمَّتِي ، فَلَيُقَالَنَّ لِي : إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا عَمِلُوا بَعْدَكَ ، مَا زَالُوا يَرْجِعُونَ عَلَى أَعْقَابِهِمْ
رواه أحمد، 41 / 388 وصححه المحققون
“Sesungguhnya aku menunggu di dekat telaga orang yang mendatangiku di antara kalian, maka beberapa orang dihalangi untuk mendatangiku, maka aku berkata: “Ya Allah, umatku-umatku…, maka dikatakan kepadaku : “Sesungguhny akamu tidak mengetahui apa yang mereka kerjakan sepeninggalmu, mereka kembali menjadi seperti sediakala”. (HR. Ahmad: 41/388 dan dishahihkan oleh banyak para peneliti hadits).
Dari Anas bin Malik bahwa Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
لَيَرِدَنَّ عَلَيَّ الْحَوْضَ رِجَالٌ مِمَّنْ صَاحَبَنِي ، حَتَّى إِذَا رَأَيْتُهُمْ وَرُفِعُوا إِلَيَّ اخْتُلِجُوا دُونِي ، فَلَأَقُولَنَّ : أَيْ رَبِّ أُصَيْحَابِيأُصَيْحَابِي ، فَلَيُقَالَنَّ لِي : إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
رواه البخاري، رقم 6211 ومسلم، رقم 2304
“Maka pasti akan ada beberapa orang yang telah menemaniku akan menghampiriku di telaga, hingga setelah kalian melihat dan mereka mendekatiku, mereka dijauhkan dariku, maka aku berkata: “Ya Tuhanku, sahabat-sahabat kecilku”. Maka dikatakan kepadaku: “Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang mereka perbuat sepeninggalmu”. (HR. Bukhori 6211, dan Muslim 2304)
Dari Abdullah bin Mas’ud berkata: Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ لَيُرْفَعَنَّ إِلَيَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لِأُنَاوِلَهُمْ اخْتُلِجُوا دُونِي ، فَأَقُولُ : أَيْ رَبِّ أَصْحَابِي يَقُولُ : لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
رواه البخاري، رقم 6642 ومسلم، 2297
“Saya menunggu kalian di telaga, beberapa orang dari kalian akan didekatkan kepadaku, hingga hampir saja saya mengulurkan (air telaga tersebut) seraya mereka dijauhkan dariku, maka aku berkata: “Wahai Tuhanku, sahabat-sahabatku, Dia berfirman: “Kamu Tidak mengetahui apa yang mereka perbuat sepeninggalmu”. (HR. Bukhori 6641, dan Muslim 2297)
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/1768-manhaj-al-quran-dan-sunnah-yang-sesuai-pemahaman-salaful-ummah-adalah-manhaj-penghimpun.html